NTT dan Makanan yang Halal

Kurang lebih selama 2 minggu tinggal di NTT yaitu Kupang dan Atambua, memilih tempat makan merupakan satu persoalan sendiri.  Pilihan paling aman dari segi ke halal -an adalah dengan mendatangi rumah makan padang. Namun, di rumah makan padang sulit didapati sayuran segar nan hijau sebagai sajian utama. Itu lah sebabnya kriteria awal yang saya gunakan untuk memilih tempat makan adalah memilih rumah makan yang memiliki menu sayuran. Namun dengan kriteria ini, maka kita menjadi tidak hati-hati mencari tempat makan dengan kriteria halal.

Saya tersentak, saat kolega kantor mengajak makan di Rumah Makan Selera Kupang. Ketika melihat tampak muka restoran yang berornamen cina, saya sempat bimbang, apakah tempat makan ini halal untuk saya. Begitu masuk, benar saja orang langsung melihat kami berdua. Saya agak mengacuhkannya karena pada saat yang sama saya menemukan seorang gadis berjilbab juga sedang memesan makan. Lalu, saya melihat makanan prasmanan mereka, memang menitikkan air liur karena penuh berisi sayuran hijau tumis dan bening. Begitu saya akan memilih lauk, saya tanya beberapa menu daging. Saat itu pertama kali saya melihat masakan daging Se’i. Karena persepsi pengetahuan terbatas, sepengetahuan saya Se’i adalah daging babi asap, maka saya tanya itu daging apa. Pelayan menyebut itu daging sapi, lalu tante pemilik restoran menegaskan, disini di restoran ini semua daging adalah daging sapi. Saya memilih daging sei cincang dan memang rasanya enak. Namun, ketika saya bercerita dengan 2 orang kawan, mereka bilang restoran ini not sugested.

Jadi, sejak saat itu setiap saya mau pergi makan maka saya kemudian membuat kriteria verbal yaitu makanan harus halal. Kolega akan mengajak ke tempat makan yang memenuhi kriteria saya. Sejak saya di Kupang, maka makanan dalam kriteria halal lalu saya temukan di  warung-warung makan seperti :

  1. Hana Putra Solo – Sajian makanan prasmanannya beragama, ada sayur bening dan sayur asem, jus sirsaknya enak, dan yang jelas pemiliknya muslim
  2. Wahyu Putra Solo – Sajian makanan prasmanannya beragam, ada sayur-sayur bening, sayur asem dan lodeh, jus sirssak enak dan yang jelas pemiliknya muslim.
  3. Rumah Makan Ria – sajiannya penyetan tahu, tempe, ayam, ikan dan masakan-masakan kelola ikan, es jeruknya enak banget, dan pemiliknya muslim
  4. Warung makan di searah dengan departemen kesehatan kota kupang – makanan jawa, pepes ikannya enak, dan pemiliknya muslim.
  5. Kampung solor – sajiannya ikan-ikan segar – pemiliknya muslim.
  6. All rumah makan padang.
  7. Soto Lamongan depan hotel Cristal
  8. Soto Madura depan bank NTT dekat Mall Flobamora
  9. Soto Madura samping RSUP di kota kupang.

Jadi, itulah kiranya tempat makan yang merepresentasikan kriteria halal, setidaknya tempat-tempat tersebut dimiliki oleh orang muslim. Mengapa makanan halal menjadi penting? Ini berkaitan ke tauhid an, dan kehati-hati an harus mulai dilakukan  karena sejak saya mulai bertanya tentang isi atau jenis makanan berbentuk daging. hampir semua pelayan atau pemiliknya menjawab makanan tersebut adalah daging sapi. Terutama dengan namanya daging Sei, karena saya belum banyak belajar tentang rasa Sei sapi yang sebenarnya seperti apa, jadi saya mendingan tidak memakannya terlebih dahulu.

El Tari – Ingatan tentang NTT

Nama El Tari begitu familiar selama menjelajah pulau Timor di rentang April-Juli 2010, dan perasaan familiar itu berulang kembali pada kali kedua menginjak kaki di propinsi NTT. Sejak menginjakkan kaki di Bandara Udara Kota Kupang, nama bandara tersebut adalah El Tari. Setelah itu, kita akan melintas jalan utama yang membelah kota kupang dari arah bandara ke tengah kota. Jalan dimana di kanan kirinya kantor-kantor pemerintahan dan ditengahnya dibelah pepohonan yang mongering di musim kemarau, jalan tersebut juga disebut jalan El Tari. Di sepanjang jalan tersebut bisa ditemukan mulai terminal bus dari arah soe dan atambua dan  angkutan umum.  Taman nostalgia dan sebuah museum juga terletak di jalan El Tari  Kupang.

Selanjutnya, El Tari juga ditemukan ketika memasuki perkantoran di lingkungan kabupaten Atambua, Kabupaten TTU yaitu kefamenanu dan kabupaten TTS yaitu Soe. Bahkan kalau tidak salah sewaktu ke Rote Ndao, komplek Bappeda juga terletak di Jalan El Tari.

Nah, siapakah El Tari? Ternyata beliau adalah salah satu tokoh nasional, seorang Gubernur Nusa Tenggara Timur pada periode 1966-1978.

Belum banyak referensi yang bisa dikumpulkan tentang sosok beliau, namun namanya mungkin merupakan jejak ingatan bagi saya dalam kali kedua tinggal di NTT.