Tuslah dan lebaran—-

Pada tahun-tahun yang telah lewat setiap lebaran mendatangkan kelebihan rejeki bagi pengemudi angkutan umum. Bus lintas propinsi, bus antar kota, angkot pedesaan dan perkotaan, sampai dengan tukang ojek. Setidaknya ada kenaikan resmi sekitar 30% berdasarkan kesepakatan koperasi angkutan darat yang ada di setiap daerah. Dulu tuslah diberlakukan pada H-7 s/d H+7 sehingga setiap calon penumpang dan penumpang mesti merogoh kocek lebih. Khusus lebaran tahun ini adalah tahun paceklik bagi pengemudi bus dan kendaraan umum karena selain sepi penumpang, maka tuslah bahkan ada yang tidak di berlakukan.

Fenomena kemakmuran dan akibat kenaikan harga BBM menyebabkan orang beralih naik kendaraan pribadi seperti bermotor roda dua bagi yang berkocek ngepas dan kendaraan roda empat atau rental mobil bagi yang memiliki kocek berlebih. Pilihan tersebut akhirnya menjadi pilihan mudik nyaman untuk mengunjungi kerabat selama hari raya.  Akhirnya gigit jarilah dan semakin meranalah nasib kendaraan umum di mana-mana. Khusus kota magelang, yang menjadi serbuan lintasan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat, sejak H-2 s/d H+3 lebaran 1429 H lalu lintas dan kepadataan kendaraan pribadi sangat luar biasa. Jalan-jalan yang tidak semakin lebar, seolah tidak kuasa lagi menampung kendaraan yang ada. Selain kapastias jalan, ada juga masalah keselamatan yang makin terabaikan karena semua kendaraan berpacu kencang diakibatkan jalanan yang beraspal baik.

Nah, bus Yogyakarta-semarang sepi penumpang, bus jalur magelang salaman, magelang wonosobo, temanggung dan grabag jadi melompong karena para penumpang rural sekarang berpindah ke kendaraan roda dua. Nasib serupa juga terjadi pada angkutan pedesaaan dan perkotaan yang  juga tidak kuasa upaya mencari penumpang. Para penumpang seolah menghilang  yang diantara sebegitu padatnya kesibukan orang berkunjung kesanak saudara tapi entah kenapa kok mereka tidak lagi tampak batang hidungnya. Mereka rupanya sudah berpacu dengan motor-motor roda dua.

Seharian ini, ketika jam 08.30-14.00 meluncur ke daerah Sambung, kemudian botton, jagoan dsb dengan angkot, agak terhenyak juga karena tariff angkutan tidak terkena tuslah. Penumpang tetap dapat harga biasa yaitu 2500 rupiah. Lah ya iya..wong dengan tariff segitu saja tidak ada penumpang kok ada tuslah pula bisa-bisa mereka para sopir angkot tidak lagi dapat apa-apa. Pun begitu, penumpang dalam satu angkot biasanya tidak lebih dari 5 orang. Bahkan ada pula yang tetap kosong melompong. Sekarang ini penumpang angkot benar-benar rakyat  yang dicari raja jalanan-sopir angkot. Jadi…sopir angkot pedesaan dan perkotaan benar-benar paceklik. Tidak ada lagi fenomena orang satu keluarga naik angkot sehingga saling pangku-pangkuan. Yang ada silahkan melihat lalu lalang roda dua dengan anak terselip di tengah antara ibu bapak, anak digendong ibu atau anak duduk didepan ayah.

Keadaan ini, membuat saya berpikir tentang individualism, prinsip hidup berkeluarga yang ekonomis, kemajuan teknologi dan krisis energy. Individualisme mengingatkan saya pada tulisan tentang abad 21 ini adalah abadnya kucing. Abad kucing berarti abad kaum individualis, dalam abad seperti ini maka filosofi hidup adalah aku-aku dan kamu-kamu, orang menjadi soliter, bisnis juga diupayakan untuk mendukung orang hidup soliter (naik kendaraan pribadi, tinggal dihotel kalau menengok keluarga pas mudik, dll). Semangat guyup rukun akan semakin hilang karena itu adalah semangat  diabad 20 yang masanya abad anjing yaitu abad kerjasama, sedangkan abad 21 adalah abad kucing dimana yang terbaiklah yang berkuasa.

Prinsip keluarga yang mesti ekonomis karena sedikitnya berputaran roda ekonomi di sector riil maka, orang memang jadi berhitung betul dengan tariff transportasi kali berapa kali perjalanan dan kali berapa orang yang akan diangkut. Setelah dipertimbangkan dengan budget yang ada maka oran gmembuat pilihan menggunakan sarana paling murah yaitu kendaraan roda dua. Satu keluarga 5 orang dengan 30 ribu sudah bisa bolak balik magelang jogjkarta dan sampai tujuan. Kemajuan teknologi transportasi dimana rata-rata kendaraan bermotor sekarang perpromosi dengan speed yang tinggi, maka semangat indiviualis kucing yaitu bersaing juga terjadi pada manusia. Siapapun orang dijalanan aku berlaku hokum aku aku dan elu elu maka siapapun yang motornya lebih siap dan nalurinya lebih berani maka akan lebih cepat sampai dan puas.  Orang para pelaku kendaraan tidak sadar diri kalau sudah berkendaraan bahwa ada juga manusia pejalan kaki yang haknya makin hilang karena trotoar atau badan jalan saja sekarang bukan wilayah aman untuk berjalan kaki. Menyeberang jalan sekarang mesti uji nyali karena tidak ada mobil dan motor yang menghargai penyeberang jalan. Penyeberang jalan adalah makhluk tuhan tidak tahu diri bagi mereka.

Hal terakhir adalah krisis energy. Ketika semua orang punya motor dan mobil, maka saya tidak bisa membayangkan jangan jangan pada tahun 2010 nanti kita mesti impor BBM, dimana harga satu liter premium menjadi 17.000 rupiah seperti di kota DIli Timor leste pada saat ini. Belum lagi efek rumah kaca, karena sekarang ini udara makin gerah dan matahari bersinar terang dari segala penjuru bumi dengan tanpa keramahan yang malu-malu. Jadi…entah apalagi yang akan terjadi kalau bumi makinpanas dan kita tidak lagi punya BBM.